Jumat, 26 November 2010

Merencanakan Liburan yang Efisien

Berlibur memang bukan kebutuhan pokok seseorang. Tapi, bagi kalangan mapan, berlibur sudah menjadi agenda tahunan. Bagaimana kalangan mapan merencanakan liburannya?Kristopo 

TUBUH kita itu ibarat mesin. Jadi, perlu ada waktu untuk bersantai. Sempatkanlah barang setahun sekali berlibur bersama keluarga. Berlibur itu penting untuk memulihkan stamina dan menyegarkan pikiran. Apalagi bagi masyarakat kota besar, seperti Jakarta, yang setiap hari disibukkan dengan urusan-urusan kantor. 

Liburan bukan hanya milik orang berada. Siapa pun bisa melakukannya. Syaratnya, kita mempunyai bekal yang cukup. Bagaimanapun, liburan butuh biaya. Nah, agar saat liburan nanti, kita merasa aman dan nyaman, sejak dini, kita harus melakukan persiapan. Seperti yang dilakukan sebagian keluarga mapan. Sebelum liburan tiba, biasanya, mereka telah membuat perencanaan (planning) menyangkut tempat liburan dan biaya yang dibutuhkan. 

Karena orang-orang mapan ini umumnya sibuk dengan pekerjaan, liburan pun kebanyakan hanya dilakukan satu kali dalam setahun, yaitu ketika liburan sekolah. Bagi mereka, kualitas berlibur menjadi perhatian utama. �Liburan itu penting bagi kami. Selain untuk menyegarkan pikiran, liburan berguna juga untuk mempererat kebersamaan dengan keluarga,� kata Soeswidijono, Vice President Bank Mandiri, kepada Financial Planner (FP), medio November lalu, di Jakarta. 

Sebelum mengadakan liburan, ayah tiga anak dan satu menantu ini selalu melakukan persiapan selama enam bulan. Semua yang dibutuhkan saat liburan dipersiapkan, di antaranya, tiket pesawat dan booking kamar hotel. Booking kamar hotel bisa dilakukan dengan cara membeli voucher kamar hotel melalui biro perjalanan (travel bureau). �Merencanakan liburan selama enam bulan sebelum berangkat akan menghemat biaya liburan sampai sekitar 40%,� ujar Soes, sapaan akrabnya. 

Selama liburan dengan keluarga, Soes belum pernah memanfaatkan jasa biro perjalanan yang banyak menyediakan paket wisata di dalam negeri dan ke luar negeri. Soes mengaku lebih senang berangkat sendiri. Alasannya biar bebas menikmati liburan. 

Tempat liburan favorit Soes dan keluarga adalah Pulau Bali. �Sudah dua kali ini, saya liburan akhir tahun di Bali. Menghabiskan tahun 2006 ini pun, saya dan keluarga akan berlibur di Bali,� kata pria berfisik tinggi besar serta berkacamata ini. Soes mengatakan hanya menyisihkan kurang dari 10% penghasilannya setiap bulan untuk biaya liburan. Kekurangannya diambil dari uang bonus dan uang cuti yang didapat dari perusahaan. 

Acara liburan juga dilakukan keluarga M. Nasir Halim, Vice President Finance & Administration PT Dwisatu Mustika Bumi. Sama halnya Soes, ia juga melakukan perencanaan sebelum mengadakan liburan. Perencanaan awal yang dilakukan M. Nasir Halim adalah mendiskusikan masalah liburan pada setiap awal tahun dengan keluarga: akan liburan ke mana, bulan apa, dan berapa kira-kira biaya yang dibutuhkan. 

Setelah mendapatkan beberapa alternatif tempat liburan, lalu pria berkacamata ini survei ke beberapa biro perjalanan untuk mengetahui berapa besar biaya yang akan dikeluarkan jika pergi ke tempat yang diinginkan. Survei harga ini biasanya dilakukan dua bulan sebelum pelaksanaan liburan. M. Nasir Halim biasanya mengadakan liburan di dalam negeri dan juga luar negeri. 

�Kalau ada tambahan rezeki, biasanya, kami pergi liburan ke luar negeri. Kalau budget-nya sedikit, ya, kami liburan di dalam negari. Tapi, persentase liburannya lebih banyak di dalam negeri daripada ke luar negeri,� kata M. Nasir Halim, kepada FP melalui telepon, pertengahan November lalu, di Jakarta. Saat berlibur ke luar negeri, yaitu ke Tanah Suci, M. Nasir Halim pernah memanfaatkannya untuk ibadah umroh sambil berlibur ke Turki. 

�Niat kami sekeluarga melakukan umroh ke Tanah Suci, tapi ke Tanah Sucinya melalui Turki. Setelah melakukan umroh, kami menikmati suasana Turki. Apakah ini dapat dikatakan liburan atau tidak, saya tidak tahu. Karena, niat kami melakukan ibadah umroh,� jelas M. Nasir Halim. 

Untuk biaya liburan, M. Nasir Halim menyisihkan sekitar 30% dari penghasilan bulanannya untuk ditabung. �Sebenarnya, 30% yang saya tabung itu bukan hanya untuk tabungan liburan. Tapi, tabungan untuk apa saja yang kami anggap perlu. Jadi, dalam berlibur, kami tidak menganggarkan berapa persen yang disimpan setiap bulannya untuk biaya berlibur,� tambah M. Nasir Halim. Untuk 2007 nanti, M. Nasir Halim akan mendiskusikan dulu dengan keluarga pada Januari nanti. Ayah dua anak ini mengatakan belum tahu akan berlibur ke mana pada tahun depan. 

Tempat yang paling sering dikunjungi M. Nasir Halim dan keluarga adalah Pulau Bali. Ia memanfaatkan jasa biro perjalanan jika berlibur ke tempat yang baru dikunjungi. Sebaliknya, jika tempat liburan tersebut pernah dikunjungi, ia pun tidak menggunakan jasa biro perjalanan. 

Melly Goeslow, penyanyi dan pencipta lagu, termasuk orang yang selalu memanfaatkan biro perjalanan saat melakukan liburan. �Saya selalu menggunakan biro perjalanan saat melakukan liburan. Karena, lebih simple saja. Biro perjalanan yang saya gunakan adalah langganan dari keluarga saya,� kata Melly kepada FP, medio November lalu, di Jakarta. 

Perencanaan liburan yang dilakukan Melly disesuaikan dengan jadwal liburan sekolah anaknya. Biasanya, sekitar Juli, Melly berlibur bersama keluarga. Tempat liburannya adalah Pulau Bali dan Singapura. �Kalau lagi ada budget, kami sekeluarga liburan ke Singapura. Sedangkan, kalau budget-nya sedikit, kami liburan ke Bali. Jadi, tempat liburan kami disesuaikan dengan budget yang ada,� tutur istri Anto Hoed ini. 

Melly mengaku tidak pernah menabung atau menyisihkan uangnya untuk biaya liburan. �Saya kalau liburan mendadak saja. Tidak suka menyisihkan berapa persen dari penghasilan untuk biaya berlibur. Kalau budget-nya ada banyak, kami ke luar negeri. Kalau budget-nya sedikit, liburannya di dalam negeri,� tambah Melly. Setiap tahun, Melly mengadakan liburan bersama keluarga. 

Liburan sekolah memang merupakan waktu yang tepat bagi keluarga untuk berlibur. Charles Bonar Sirait, presenter, yang juga mantan karyawan PermataBank, termasuk yang memanfaatkan liburan sekolah untuk mengadakan liburan bersama keluarga. �Waktu liburan kami telah ditentukan oleh istri saya pada bulan Desember dan Juli. Kalau bulan Desember, saya sedang banyak kerjaan. Maka, saya akan liburan bersama keluarga di bulan Juli. Lokasi liburan bisa di dalam negeri dan luar negeri,� kata Charles kepada FP, pertengahan November lalu, di Jakarta. 

Jasa biro perjalanan masih menjadi andalan ayah dua anak ini dalam menikmati liburan. �Alasan saya menggunakan travel bureau biar tidak repot saja. Semuanya �kan sudah dijadwalkan waktunya,� ujarnya sambil tersenyum. Dalam memilih biro perjalanan, Charles tidak melihat mahalnya harga yang tawarkan jasa wisata tersebut. Yang dilihat Charles adalah reputasi dan nama baik perusahaan. Dengan reputasi dan nama baik perusahaan, diharapkan layanan yang diberikan kepada customer memuaskan. �Kalau murah tapi pelayanannya tidak memuaskan, percuma saja,� imbuhnya. 

Ada kalanya, Charles tidak menggunakan jasa biro perjalanan saat liburan, yaitu saat berlibur ke luar negari, misalnya Amerika Serikat. Kebetulan, ada saudara Charles yang tinggal di sana. Jadi, Charles bisa memanfaatkan saudaranya untuk memandu wisata. Charles mengaku menyisihkan sekitar 70% dari penghasilannya per bulan untuk biaya yang diperlukan selama satu bulan, termasuk tabungan untuk liburan. Dari 70% itu, sekitar 10%-15% disisihkan untuk biaya liburan. 

Menyisihkan dana untuk berbagai kebutuhan, termasuk untuk liburan, bisa jadi merupakan agenda penting bagi kalangan mapan seperti Charles. Menurut Herris B. Simanjuntak, pengamat perencanaan keuangan dari International Association of Registered Financial Consulting (IARFC), pola menabung bagi orang-orang mapan untuk berlibur telah lama dilakukan. Apalagi bagi orang Eropa dan Amerika. Mereka telah menabung jauh-jauh hari untuk biaya liburan. Mereka tidak hanya merencanakan biaya liburan, tapi juga tempat dan waktu liburan. Setiap awal tahun, mereka telah menentukan kapan dan di mana akan berlibur. 

Kebiasaan seperti itu ternyata juga diikuti orang-orang mapan di Indonesia. Jadi, saat mereka akan liburan tidak mengambil uang dari simpanan yang lain. �Setiap bulan, orang-orang mapan di Indonesia telah menyisihkan sebagian penghasilannya untuk berlibur,� ujar Herris kepada FP, medio November lalu, di Jakarta. Menabung untuk liburan itu penting. Dengan memiliki tabungan untuk liburan, setiap individu tidak akan dipusingkan dengan urusan biaya saat berlibur. 

Tri Djoko Santoso, pengamat perencanaan keuangan dari Financial Planner Association Indonesia (FPAI), mengatakan, agar bisa menikmati liburan dengan baik, setiap individu seharusnya memilik tabungan khusus untuk berlibur. Makin banyak tabungan untuk berlibur, makin lama atau makin jauh seseorang menikmati liburan. Sebaliknya, makin sedikit tabungan liburan, makin dekat atau singkat pula waktu liburan seseorang. 

Tri Djoko juga menyarankan sebaiknya kita efisiensi dalam merencanakan liburan. Mencari lokasi liburan dan membeli tiket pesawat bisa dilakukan melalui internet. Semua kebutuhan seseorang untuk berlibur ada di internet, kata dia. 

Apa pun caranya, yang jelas, setiap orang menginginkan liburannya berkualitas dan menyenangkan. Untuk itu, seyogianya, jauh-jauh hari, kita sudah mempersiapkan segala sesuatunya, terutama anggaran.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More