Jumat, 26 November 2010

Pilih Investasi Sesuai Profil Risiko Anda

Kini, beragam jenis investasi ditawarkan di pasaran. Kemampuan mengenali risiko sangat diperlukan. Jika tertarik, pelajari dulu jenis investasinya dan profil risiko Anda. 
Enny Ratnawati A. 

BERANI berinvestasi sama artinya siap menanggung segala risiko. Makin tinggi imbal hasil sebuah investasi, bisa dipastikan risikonya juga makin besar. Faktanya, tidak semua orang berani berinvestasi dan mengharapkan imbal hasil terlalu tinggi. Orang-orang seperti ini biasanya hanya butuh investasi yang mereka anggap mudah dan tentu saja aman.

Simak saja pengalaman Cahyadi, Direktur Asuransi Ekalife. Menurut Cahyadi, pilihan investasinya hanya deposito. Alasannya, investasi ke saham atau reksa dana menutut orang lebih rajin mengikuti perkembangan yang terjadi. �Saya tidak memiliki waktu untuk mengikuti perkembangan saham dan lain-lain. Jadi, (invesatasi) saya taruh di deposito,� ujarnya kepada Kristopo dari Financial Planner (FP), belum lama ini.

Deposito juga menjadi investasi pilihan Rianto Djojosugito, Vice President Director Allianz Life Indonesia. �Saya tidak punya uang banyak. Jadi, lebih suka investasi di instrumen yang aman-aman saja, seperti deposito,� tuturnya kepada Atik Darmawati dari FP, dalam sebuah acara yang diadakan Allianz, baru-baru ini. 

Krisdayanti, penyanyi kondang Indonesia, lain lagi. Krisdayanti yang juga biasa disapa KD memilih Obligasi Ritel Indonesia (ORI) sebagai salah satu lahan investasinya. Akhir Juli lalu, salah satu diva Indonesia ini mengunjungi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) untuk mengikuti program edukasi bagi calon investor, yang digelar di ruang pelatihan BEJ, Jakarta.

Menurut Krisdayanti, program edukasi calon investor ini baru pertama kali diikutinya. Sehingga, dia merasa sangat tertarik mengikuti pelatihan tersebut. Krisdayanti kemudian meminta langsung Menteri Negara (Menneg) Pemberdayaan Perempuan, Meutia Hatta Swasono, salah satu pendukung acara itu, untuk mengedukasi para artis di lain waktu. Usai mengikuti pelatihan, Krisdayanti mengaku tertarik membeli ORI dan juga ingin berinvestasi di reksa dana.

Berbeda dengan Krisdayanti, Maylaffaza, artis pemain biola, memilih asuransi sebagai lahan investasinya. Mayla, sapaannya, kini mempunyai sebuah produk asuransi yang menggabungkan antara proteksi dan investasi. �Tidak hanya memroteksi diriku dari segi kesehatan, tapi juga dari sisi finansial. Karena, secara keuangan, kita juga perlu dilindungi,� jelasnya kepada Teguh Turisman dari FP. 

Mayla pun menceritakan ketertarikannya membeli investasi yang saat ini sedang menjadi tren, yaitu ORI. Sayang, rencananya gagal. Ceritanya, dia memutuskan membeli ORI pada H minus dua. Karena banyak peminat, bank sebagai salah satu agen penjual ORI tidak berani menerima pembeliannya. Ternyata, pada hari H, ORI masih tersedia. Namun, Mayla tidak bisa melaksanakan niatnya. �Aku keburu show. Jadi, ya, sejauh ini aku baru (investasi) di deposito. Kalau ORI ada lagi, terus terang aku ingin beli ORI,� ujarnya Selain ORI, ke depan, Mayla berencana berinvestasi di reksa dana. Karena merasa masih awam dalam hal investasi, dia tidak berani tergesa-gesa dan mengambil risiko terlalu besar. Mayla cenderung hati-hati dan benar-benar mempertimbangkan pilihan investasi dengan profil risiko (risk profile)-nya. �Kalaupun mau ambil reksa dana, aku lebih memilih reksa dana pendapatan tetap karena risikonya paling kecil,� ujarnya. Rianto juga mengaku tertarik berinvestasi di ORI. 

Tapi, dia belum paham betul terhadap sistem pembagian kupon (bunga)-nya. Mayla pun mengakui hal yang sama. Menurut Mayla, sosialisasinya kurang, sehingga orang mesti bertanya ke sana ke mari dan membandingkan data satu dengan yang lain. Pasalnya, data tentang ORI, misal di surat kabar atau media lain, memang berbeda. Hal ini menyebabkan peminat batal membeli ORI akibat tidak ketidakpahaman. 

Keputusan berinvestasi akhirnya berada di tangan setiap pribadi. Antony Jafari, pengamat financial planner dari Financial Planning Association Indonesia (FPAI), menuturkan, pemilihan jenis investasi harus disesuaikan dengan profil risiko orang yang ingin berinvestasi di sebuah instrumen investasi. Selain menyadari profil risiko diri sendiri, dia sebaiknya mempunyai pengetahuan yang baik tentang investasi tersebut. �Orang yang mengharapkan return tinggi akan memilih investasi yang berisiko tinggi,� tuturnya. 

Antony mengakui, di pasaran, banyak sekali jenis investasi dengan kelebihan masing-masing. Sebut saja reksa dana, unit link, deposito, sampai dengan ORI. Menurut Antony, beberapa waktu lalu, reksa dana sempat mengalami penurunan akibat redemption. Tapi, kini, peminatnya sudah kembali. 

Begitu pula dengan unit link. Instrumen investasi ini semakin banyak peminatnya. �Return di unit link juga mulai bagus,� tambahnya kepada Kristopo dari FP, ketika dihubungi via telpon, belum lama ini. 

Bagaimana dengan ORI? Bila dilihat dari tingkat bunganya, ORI memang memberikan penawaran yang sangat menggiurkan. Hanya dengan berinvestasi Rp5 juta, nasabah akan mendapat bunga tetap per tahunnya sebesar 12,05%. Angka ini di atas bunga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang hanya berkisar 12% dan bunga deposito perbankan sekitar 10%-11%.

Hitungannya, dengan investasi di ORI Rp5 juta dan bunga 12,05%, tiga tahun ke depan, dana yang diperoleh Rp6.807.500. Angka ini belum termasuk potongan biaya administrasi, pajak, dan biaya lainnya. Sedangkan, jika berinvestasi di deposito dengan jangka waktu yang sama dan diasumsikan berbunga 12,05% per tahun, nasabah akan memperoleh total dana Rp6.525.531. Keuntungan berinvestasi di deposito adalah hanya dipotong pajak.

Menurut Antony, ORI merupakan alternatif investasi yang bagus. Apalagi, saat tren suku bunga menurun. �Kalau ada ORI 2, seharusnya bisa jadi alternatif investasi karena suku bunga bank cenderung turun,� ujar Anthony. Dengan investasi di ORI, nasabah akan mendapat keuntungan bunga. Selain itu, mereka memiliki peluang untuk menghasilkan keuntungan jika di tengah jalan harga obligasi tersebut naik. Misalnya, jika harga ORI di pasar mencapai 110% dan nasabah melepas ORI-nya, keuntungan yang akan diperoleh sekitar Rp500.000. Nasabah juga masih berpeluang mendapatkan penghasilan tambahan jika kupon yang diterima setiap bulan diputar atau diinvestasikan kembali.

Sementara itu, dari segi risiko, lanjut Antony, ORI masih tergolong investasi berisiko rendah. Padahal, obligasi secara keseluruhan berisiko menengah. �Obligasi risikonya menengah. ORI yang mengeluarkan negara. Jadi, risikonya rendah,� ujarnya. Secara umum, obligasi perusahaan mempunyai jangka waktu lima tahun. Bagaimana dengan saham? Investasi ini sangat cocok untuk orang yang berani mengambil risiko. Mereka biasanya memiliki dana lebih dan b erniat mengembangkan asetnya. Namun, bagi pemula, seorang pengamat pasar modal menyarankan mereka berinvestasi di saham-saham yang tergolong blue chip. Pasalnya, saham-saham ini relatif lebih stabil. Bila sudah merasa mantap, mereka bisa berinvestasi di jenis saham lain yang risikonya lebih tinggi.

Antony menambahkan, alternatif investasi lain bagi mereka yang memiliki uang lebih adalah investasi di luar negeri, seperti Hong Kong. Tak ada salahnya menanam modal, misalnya, di perusahaan komputer yang masih baru di negara lain. �Return-nya bisa bagus. Mereka (juga) bisa main ke berbagai portofolio,� tambahnya. Masa pengembalian (back period) investasi seperti ini lima hingga tujuh tahun. Dalam jangka waktu tersebut, tingkat pengembalian bisa mencapai 100%.

Lalu, apakah investasi di rumah dan tanah juga masih menguntungkan? Harus diakui, harga tanah dan rumah semakin lama, semakin meningkat. Bahkan, dalam waktu singkat, harga rumah di suatu lokasi bisa meningkat tajam. Namun, kelemahannya, rumah dan tanah tidak bisa dijual secepat mungkin alias butuh waktu. Karena itu, orang yang sangat membutuhkan uang dan ingin segera menjual rumahnya biasanya menjual dengan harga di bawah harga pasar.

Cahyadi mengaku tidak tertarik berinvestasi di rumah dan tanah. Alasannya, rumah dan tanah kurang likuid. Padahal, dia harus memiliki dana tunai (cash) untuk persediaan bila terjadi hal-hal tak terduga. �Tanah dan rumah tidak dapat dijual dengan cepat kalau kita butuh uang,� ujarnya. Sama dengan Cahyadi, Anthony juga mengakui bahwa properti merupakan jenis investasi yang dari sisi keamanan cukup tinggi, tapi dari sisi likuiditas, tidak selikuid instrumen keuangan lain, seperti saham dan obligasi.

Sebaliknya, Anthony mengemukakan, emas bisa menjadi pilihan investasi yang layak dipertimbangkan. Selain harganya cenderung meningkat dan harga jualnya lumayan tinggi, emas sangat mudah dijual dan boleh dibilang salah satu jenis investasi yang cukup likuid. Beberapa pengamat menyarankan Anda membeli emas batangan untuk berinvestasi dan bukan emas dalam bentuk perhiasan. Kenapa? Karena, harga jual emas batangan dapat dipastikan mengikuti harga emas di pasaran.

Sekali lagi, investasi merupakan pilihan. Yang pasti, kita harus hati-hati dan berpikir dengan bijak sebelum memilih instrumen investasi. Juga, jangan langsung terpengaruh promosi dan iming-iming perusahaan yang mengeluarkan produk investasi. Pelajari dengan saksama semua risiko dan keuntungan yang akan diperoleh serta sesuaikan dengan profil risiko Anda. Jangan sampai Anda terkena serangan jantung karena tidak siap menghadapi kerugian dari investasi yang Anda pilih.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More